"Minako... dia diculik oleh Strega," ucap Akihiko dengan sisa tenaganya. Seluruh penghuni Dorm terkejut dengan apa yang dikatakan Akihiko.
"APA?" teriak Minato tidak percaya.
"Itu... nggak mungkin kan?" tanya Yukari yang juga tidak percaya dengan Akihiko.
"Jangan bercanda, Aki," tambah Shinjiro.
"AKU TIDAK SEDANG BERCANDA! KAU PIKIR BAGAIMANA CARANYA AKU BISA JADI SEPERTI INI?" teriak Akihiko dengan emosi.
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Akihiko. Seluruh anggota Dorm sontak memandang ke arah sang penampar, tak lain dan tak bukan adalah kakak Minako, Minato Arisato.
"Kenapa? Kenapa kau tidak mencegahnya?" teriak Minato. Mukanya merah karena menahan amarah. Tangan kanannya mulai mangepal untuk memukulnya.
"H-Hei dude, mungkin Aki-senpai sudah berusaha mencegahnya, coba lihat dia!" Junpei berusaha menenangkan Minato.
"BERISIK! KAMU NGOMONG BEGITU KARENA KAMU NGGAK TAU PERASAANKU KAN?" teriak Minato yang sudah panasan.
Yuuki : "ih, panas euy!"
Kagami : "Ya iyalah, namanya juga tatapan 'kaktus gurun sahara'!"
Minato : "Cepet terusin... CEPET!"
Kagami : "ya, iya! Kita lanjut!"
"Hentikan!" akhirnya Ken melerai mereka, "Jangan berkelahi, kumohon," Matanya mulai berkaca-kaca, membuat Minato mengurungkan niatnya untuk meninju Akihiko.
"Cih, cepat obati dia dengan Oracle," suruh Minato pada Fuuka.
"B-Baik," sahut Fuuka.
"Kita akan susun rencana setelah dia diobati," Minato menjauh dari semuanya, berjalan ke arah tangga menuju kamarnya di lantai dua.
"Tartarus..." ucap Akihiko yang sedang diobati Fuuka menggunakan Oracle. Minato terhenti mendengar ucapan sang ketua klub tinju tersebut, "Strega menunggu kita di Tartarus,"
Minato membalikan badannya, menatap semua orang (termasuk robot dan anjing) yang sedaritadi memerhatikan mereka berdua bak menonton telenovela. "Apa yang kalian lakukan? Cepat siap-siap! Kita akan ke Tartarus!"
"Aye aye, Sir!" teriak Aigis, Junpei, Yukari, dan Ken. Koromaru hanya menggonggong menanggapi perintah Minato. Sementara yang lainnya hanya diam.
4 orang itu pun berlari menaiki tangga, menuju kamar mereka masing-masing.
"Kalau kalian tidak mau ikut, kami sendiri juga bisa menyelamatkan Minako," kata Minato dengan dingin kepada tiga senpainya yang lain. Lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Kenapa sih dia? Padahal tidak biasanya dia tidak seperti ini," keluh Mitsuru.
"Itu hanya topeng," jelas Shinjiro.
"Maksudmu?"
"Ya, dia bersikap seperti itu karena dia ingin menutupi perasaan khawatirnya,"
"Bagaimana senpai bisa tau?" tanya Fuuka yang sedang memakai skill Oracle di dalam Lucia. (di sini Lucia udah punya Oracle =P)
"Aku bisa melihat dari matanya" jawabnya singkat.
Tik... tik... jarum jam terus berdetik. Jam 11.50, sebentar lagi Dark Hour akan tiba. Semua anggota S.E.E.S. sudah berada di Command Room, kecuali Ken, Junpei, Koromaru dan Aigis.
"Semuanya sudah lengkap?" tanya Minato.
"Sebenernya sih, nggak, Aigis, Ken, Koromaru, sama Stupei nggak ada di sini," jawab Yukari.
"Kemana mereka?"
"Mmm... Katanya hari ini Ken-kun harus belajar, Junpei juga harus belajar untuk remedial matematika besok, sementara Aigis dan Koro-chan berjaga di Dorm," jelas Fuuka dangan rinci.
Minato menoleh ke arah Akihiko, "Lukamu sudah sembuh?" tanya Minato dengan nada acuh tak acuh.
"Ya, tentu saja," jawab Akihiko. Dilihatnya Minato yang masih menatapnya. "Apa?"
"Nggak apa-apa," kata Minato, "nah, ini adalah peta luar Tartarus," ia mengeluarkan sebuah kertas dari saku jaketnya.
"Tunggu Arisato," cegah Mitsuru, "darimana kamu dapat peta ini? Bukankah ini peta rahasia milik Kirijo Group?"
"Nggak tau, peta ini kan udah di-'remake' sama authornya, dengan kata lain, ini 'fake map for this fanfiction',"
"Oww, gitu toh ternyata," kata seluruh anggota S.E.E.S. yang laen dengan leganya.
"But... kalo petanya kayak gini, alhasil Tartarusnya jadi kayak gini juga," peringat Mitsuru.
"Jadi ada kolam 5 meter," kata Minato ngeri.
"Emangnya kenapa?" tanya Yukari.
"Nggak bisa berenang..."
All S.E.E.S. & readers : *sweatdropped*
"Kalo gitu ini 'fake Tartarus' dong ya?" tanya Akihiko yang masih terkena penyakit sweatdropped. (?)
"Yo'i," jawab semua anggota S.E.E.S. yang lain.
"Sebentar lagi Dark Hour, kapan kita susun rencananya?" tanya Shinjiro tidak sabar.
"Oke, oke, jadi begini..." Minato memulai menyusun rencana untuk menyelamatkan adiknya itu. 10 detik... 30 detik... 1 menit... 5 menit... 10 menit... dan tibalah Dark Hour.
"Walah, geus Dark Hour deui, euy! (Walah, udah Dark Hour lagi, nih!)" seru Yukari. (loh, kok jadi bahasa Sunda begono?)
"Bukankah lebih baik kita ke Tartarus sekarang?" saran Mitsuru.
"Ya, itu ide yang bagus, ayo kita ke Tartarus sekarang," komando sang leader, Minato.
Di halaman belakang Tartarus (loh, emangnya ada?), terlihat sebuah api unggun yang dikelilingi oleh 3 orang yang sedang memanggang daging (eh?) dan seorang gadis yang tangan dan kakinya diikat oleh tali.
"Jadi... apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Chidori yang masih asyik memanggang daging.
"Jawabannya sama, nungguin anggota S.E.E.S. kesini," jawab Jin. Seketika itu juga hening melanda.
"By the way busway," Jin memecah keheningan, "gimana caranya lu bisa nyalain api?"
Takaya yang ditanyai oleh Jin pun menjawab, "Masa lupa sih, dulu kan eike anak Pramuka, cyin,"
"Yang ada juga anak Pramuka yang jijik ngeliat lu," Minako nyolot dengan suara keras.
"Apa lu bilang?"
DOR!
Sebuah peluru melesat di kaki kanan Minako. Gadis itu hanya bisa berteriak kesakitan.
"Nggak seru," keluh Chidori.
"Kalau begitu apa yang bisa membuatmu senang, Chidori?" tanya Takaya (banci mode off) *author ditembak pake bazooka*
"Kita santet orang yang dia sayangi," jawab gadis berambut merah itu dengan senyum sinis.
"Hm, ide bagus," Jin ikut menanggapi, "siapa ya kira-kira, Akihiko, Shinjiro, atau Ken?"
"Bukan," jawab Chidori, "orang yang dia sayangi adalah kakaknya, Minato Arisato,"
-Minato's POV-
Jantungku berdetak semakin cepat. Apakah Minako baik-baik saja? Apa yang sebenarnya diingikan Strega? Kepalaku pun dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan itu.
Kenapa harus dia yang mengalami semua ini? Kenapa bukan aku saja? Minako sangat berarti untukku. Dia satu-satunya keluarga yang aku punya. Aku akan melakukan apa saja asalkan dia bisa tersenyum, meskipun nyawaku yang menjadi bayarannya.
"Minato, Minato-kun!" Fuuka menyadarkanku dari pikiran-pikiran itu, "Kamu baik-baik saja? Mukamu pucat sekali..."
"Aku nggak apa-apa," jawabku yang masih berlari menuju Tartarus.
"Bener kamu nggak apa-apa?" tanya Shinjiro-senpai yang nggak ada capeknya berlari.
"Iya, aku nggak apa-apa,"
"Jangan bohong,"
"Aku nggak bohong,"
"Aku bisa melihatnya di matamu,"
Aku hanya bisa tercengang, benarkah aku terlihat seperti orang yang khawatir? Ah, itu tidak penting. Yang penting, sekarang aku harus mempercepat lariku.
-Minato's POV end-
Minako hanya bisa menangis tanpa suara, menahan perihnya peluru yang menembus kulitnya. Tiga orang di depannya tidak peduli dengan apa yang dirasakannya. Mereka hanya menyusun rencana yang akan mereka lakukan selanjutnya.
"Jadi, siapa yang bakalan nyantet? Kan kita bertiga gak bisa nyantet," tanya Jin.
"Itulah gunanya Facebook (promosi?), aku punya temen yang bisa nyantet!" jawab Chidori bangga.
"Oh, bagus deh, di mana dia?" tanya Takaya yang clingak-clinguk kanan-kiri atas-bawah depan-belakang (kapan selesenya?)
"Tuh, di sana," Chidori menunjuk ke arah belakang Takaya dan Jin. Terlihat seorang gadis kecil yang berumur enam tahun berdiri di sana. Anak itu mengendong sebuah tas besar yang mencurigakan.
"Yo, Chidori-pyon," sapa si anak kecil.
"Ah, Loco-san, met Dark Hour," Chidori menyapa balik. (inget, sekarang lagi Dark Hour _^)
"Dia? Dia yang bakalan nyantet si anak emo itu? Anak kecil ini?" tanya Jin yang lagi nunjuk-nunjuk Loco.
"Anjir, sembarangan lu, gini-gini gue udah 32 tahun tau," jelas Loco sambil marah-marah.
"EKH? WHAT?" teriak Jin dan Takaya barengan.
"Okeh, lanjut! Chidori-pyon, lu yang minta gue nyantet orang? Mana orangnya?" tanya Loco.
"Kalo sekarang sie belum dateng, palingan–"
"MINAKO!"
Sebuah teriakan datang dari pintu gerbang Tartarus. (Loh, emangnya ada? Eh, emang ada ya?)
Ternyata, suara itu berasal dari Minato yang terengah-engah karena berlari habis berlari kencang. Yang disusul dengan kedatangan yang lainnya.
"Ah! Itu dia orangnya!" Chidori nunjuk-nunjuk Minato sambil lompat-lompat gak jelas kayak kelinci kebakar buntutnya terus––iya, ampun! jangan lempar batakonya!
"Oh, dia yah, okelah, kalo gitu kalian urus yang lainnya," perintah Loco. (sebenernya siapa yang boss siapa yang anak buah sie?)
"Oke Mbah!" (Mbah?)
"Woi! Anak emo! Kalo berani lawan gue! 1 vs 1!" tantang Loco yang langsung menurunkan tas dari punggungnya.
"Aduh, jangan bercanda dek, anak kecil kayak lu jangan di sini, bahaya!" jawab Minato (ngejek maksudne).
"Anjir! Gini-gini Loco udah 32 taun! Lu udah bikin gue marah! Sekarang terima balesannya! Penyegelan gerakan, Neguzero!"
DEG!
Tiba-tiba saja tubuh Minato berguncang. Ada apa ini? Ia mencoba menggerakan tubuhnya, namun tidak bisa.
"Waw, apaan in?" teriak Minato yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Itu Neguzero, salah satu dari alat kutukan milikku, nah sekarang..." Loco meraba-raba isi tas kopernya. Beberapa detik kemudian dia mengeluarkan suatu benda yang mirip dengan boneka jerami.
"Straw doll! Spike and hammer!"
"Uwakh! Apaan lagi itu? Alat buat nyantet?"
"Ho-oh, tumben ada orang pinter kayak lu,"
"Dimana-mana juga orang tau boneka jerami gede gitu buat apaan!"
"Berisik lu! First spike!"
Loco pun mulai menancap paku tersebut dan mengetuknya dengan palu besar yang ada di tangan kanannya.
Yuuki : "WADAOW!"
Kagami : "Kenapa lu ki?"
Yuuki : "Woi Loco, kok nyantet gue!"
Loco : "Wah maaf, gue salah sasaran."
Yuuki : "Gak ada maaf buat lu, siap-siap aja lu gue tebas!" * ngeliuarin Light Sword & Dark Sword*
Loco : "AMPUUUUUUUUUUUUUN!"
Readers: *sweatdrooped*
Dua jam kemudian...
Yuuki : "Oke, urusan gue ama Loco udah selesai karena gue capek, Kagami..."
Kagami : "Okelah kalo gitu (masih sweatdropped), kita lanjut! ^_"
"AAAAAKH!" Minato hanya bisa menjerit karena rasa sakit yang luar biasa mulai terasa di tangan kirinya.
"KAKAK!" teriak Minako yang sudah diangkut trio Strega ke atas tebing deket kolam 5 meter.
"Aku... *hosh* kalau cuma segini ...*hosh* aku nggak akan kalah!"
"Cih, sombong amat," Loco mengambil paku yang kedua, "rasain nih, second spike!"
NYUT!
Kali ini rasa sakit itu menyelimuti dadanya. Rasanya seperti ditusuk oleh 3 pedang secara bersamaan.
"Nggak mati? Padahal 2 paku aja orang udah mati shock, third spike!"
Kagami : "UGYAA!"
Yuuki : "Kenapa lu mi?"
Kagami : "Kayaknya ada yang nusuk pantat mulus (?) gue nih, gan,"
Loco : "Oh, sori, gue salah target (lagi),"
Kagami : "Anjir lu! Mau gue seret ke Dark Mirror's Hell lu?" *ngeluarin Twin Dark Serenade*
Loco : "WAAAAA! "
Dua jam kemudian...
Kagami : "Anjir, gue belum puas, tapi demi para readers apa boleh buat, gue tunda nyiksa si Loco,"
Yuuki : "Ya udah deuh *gak sweatdropped*, kita lanjut aja,"
Minato hanya tersenyum penuh siasat, "Aku... *hosh* gak akan... *hosh* kalah!" Sekali lagi, Minato mencoba menggerakan tubuhnya, tetapi tetap saja hasilnya sama. Namun dia tidak menyerah, dia mencoba terus dan terus.
PRAK!
Loco hanya heran melihat Neguzero miliknya, "Neguzeroku? Rusak?" Gadis itu pun melihat ke arah lawannya. Ternyata dia sudah terbebas dari kutukan Neguzero.
Minato pun langsung mengambil dan memakai evokernya, "Orpheus! Agidyne!" (note: di ff ini persona level rendah nan cupu pun punya skill tinggi -_-)
BLAR!
WEAK!
Loco hanya bisa tersungkur. Dia tidak pernah mengira ini akan pernah terjadi. Nggak mungkin ada yang bisa bebas dari kutukannya.
"Ah! Gak berguna lu!" teriak Jin sambil nendang Loco ke dunia sana, boong deng, cuma sampe Mars doang.
"Mestinya dari dulu lu direkrut sama PSSI tuh, biar menang lawan Malaysia kemaren!" seru 8 chara dan 2 author.
"Iya nie, mestinya gue direkrut! Biar bisa masukin gol 20-0!"
"Betul itu, tau gak waktu kemaren katanya––"
Kagami : "STOP! Kok jadi pada ngomongin piala AFF? Eventnya udah lewat tau!"
Jin : "Oh, sori sori, abis gue gemes sie, kenapa kemaren gak Indon aja yang menang?"
Yuuki : "Haduh... ini ff apa curcol sie? Lanjut, gan!"
"Aaaah, ternyata dia ngak berguna," ungkap Chidori. Yang lainnya hanya diam.
"Okelah," akhirnya Takaya mulai berbicara dari atas tebing bersama 2 teman dan 1 tawanannya itu, "IT'S BATTLE TIME!" *BGM: 'Sake Rare nu Tatakai'*
"Pertama gue dulu yah , gan," kata si Jin Tomang, eh, maksudne Jin dari Strega, "Moros, Agidyne!"
BLAR!
MITSURU KIRIJO : WEAK
Sekarang, giliran Akihiko, "Halah, sialan lu! Ziodyne!"
TAKAYA: 132 HP DAMAGE
"Halah, Ziodyne doang bangga! Rasain nih! Bufudyne!" Takaya menyerang dengan personanya, Hypnos.
AKIHIKO SANADA: WEAK
Kali ini adalah giliran Yukari, "Hidih, ngeri gue, Garudyne!"
CHIDORI: 107 HP DAMAGE
"Berani-beraninya lu melukai Chidori yang imut-imut ini!" teriak Chidori, (3 chara dan 2 author langsung muntah ditempat) "Haiyah! Ziodyne!" (Readers : loh, emangnya punya?)
Kagami : "Lupa, soalne gue langsung menang sekali serang pas lawan Chidori dulu," V(*w*)V
Yuuki : "Namanya juga ff gaje bin abal, apa aja bisa terjadi tanpa memedulikan story line, lanjut!"
YUKARI TAKEBA: WEAK
"Waw, sisana tinggal 2 cucunguk deui euy! (waw, sisanya tinggal 2 kecoa lagi nih!)" sahut Jin. (kenapa ikut-ikutan pake bahasa Sunda ini?)
Nah, BGM ganti lagi jadi 'Battle of Everyone's Soul'. Apa? Buat lawan Nyx Avatar? Iya deh, kita ganti jadi 'Master of Saos Tartar'. Loh, masih salah juga? Okelah, ganti jadi 'Master of Tartarus' aja deh.
"Hm, ada yang gue bingungin nih," kata Takaya tiba-tiba.
"Apaan tuh, gan?" tanya Jin.
"Si Shinjiro itu weak sama apaan ya?"
"Halah, itu sih gampang gan!"
"Apaan?"
"Tanya aja authornya!"
"Ye ilah, gue kira lu tau, dasar Jin Tomang lu,"
"Apa?"
"Oh, gapapa, woy author nun jauh di mato! Lu tau ga weaknya?"
Yuuki : "Nyerah, tanya sama yang lebih ahli," *nunjuk author satu lagi*
Kagami : "Nyerah juga, walopun gue udah pernah new recycle tiga kali gue jarang pake Shinji, terus baru-baru ini PSPnya rusak dan belum diservis, abis itu gue lupa-lupa-inget sama skill dan weak lu semua, jadinya gaw dikit-dikit ngarang, abis itu––"
"Ah lanjut deuh, lu ngasih tau apa curcol sie? Bingung gue,"
Kagami : "Heh! Gue emang lagi curcol! Ada masalah lu ama gue? Mau gaji lu dipotong 3 bulan?"
Yuuki ; "Weis... sabar bu, kita lanjut aja deh, daripada ngelamain, -_-"
Minato mengarahkan mata pedangnya ke arah Takaya. "Katakan, apa yang kalian inginkan?"
Takaya hanya tersenyum licik. "Hanya sebuah permintaan gampang kok,"
"Kalau gitu, apa permintaan itu?" tanya Shinjiro yang udah nggak speechless lagi. *author di God's Hand*
"Membatalkan rencana 'Fullmoon' kalian dan bubarkan S.E.E.S., gampang bukan?"
"Hah, yang bener aja lu? Sinting lu ya?" teriak Minato yang emosinya jadi guk-guk-guk miaw-miaw mbe-mbe uu-aa dkk.
"Ya udah kalo lu gak mau, tapi," Takaya menodongkan revolvernya ke arah kepala Minako, "kalo lu gak mau, nyawa ade tersayang lu bakal melayang!"
Saat ini Minato sedang dilanda dua pilihan yang sulit, apa yang akan dipilihnya? Nyawa para umat manusia ataukah nyawa adiknya.
Tiba-tiba Minako berteriak dari atas tebing itu, "Jangan pedulikan aku, kak! Biar saja aku mati, asalkan semua orang tidak terancam dalam bahaya,"
"Idih, berisik amat sih lu!" teriak Chidori yang daritadi memegangi Minako.
Akhirnya, Minato mengangguk mantap, "aku... aku nggak akan pernah membubarkan S.E.E.S.!"
"Cih, perjanjian batal! Ayo kita pergi!" akhirnya Takaya memberi komando. Anggota Strega yang lain hanya mengangguk.
"Nah..." Chidori berkata pada orang yang sedang dipeganginya itu, "selamat tinggal!"
Chidori melempar Minako ke arah kolam 5 meter dalam keadaan kaki-tangan yang diikat.
"KYAAAA!"
"MINAKOOO!"
BYUR!
Sabtu, 08 Januari 2011
Selasa, 04 Januari 2011
Attention
Saya bersama teman saya, Kagami Hoshina, telah membuat fanfict. Nama pengarangnya adalah YuMi Project. Silahkan lihat di situs ini: YuMi Project
San Kokoro no Ma (Chapter 1)
"Kakak, kakak," panggil seorang gadis kecil berambut kecoklatan ini. Memanggil kakaknya yang juga berumuran sama, 7 tahun, hanya saja rambutnya berwarna biru.
"Kenapa, Minako?" tanya sang kakak, Minato Arisato.
"Ayo kita main di sebelah sana, aku bosan main di sini terus!" seru sang adik, Minako Arisato, seraya menujukkan jarinya ke arah taman didekat sebuah gedung besar.
"Baiklah, ayo kita ke sana," Minato dan Minako berlari sampai taman Iwatodai, tempat anak-anak bermain dan para orangtua menikmati pemandangan tamannya yang indah.
Mereka tidak memedulikan waktu yang telah mereka lalui, tak terasa langit siang sudah berubah menjadi langit senja. Sudah banyak anak yang pulang ke rumah masing-masing, tetapi masih ada beberapa anak yang tetap menunggu dijemput orang tua mereka, termasuk Minato dan Minako.
"Kakak, mama sama papa kok lama sih?" tanya Minako dengan mata innocentnya. *para author digebug*
"Nggak tau deh, kayaknya seben-" "Minato! Minako!" jawaban Minato terputus oleh suara seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan yang melambaikan tangan kearah mereka. Di sebelahnya tampak seorang pria yang turut menemani sang wanita.
"Mama! Papa!" seru kedua saudara kembar ini bersamaan. Minako lebih dulu berlari menuju sang mama, lalu disusul dengan Minato.
"Huuuh, mama lama banget sih!" kata Minako dengan kesal.
"Maaf ya, sayang, soalnya mama masih ada urusan dulu," jelas mamanya sambil mengelus kepala Minako dengan penuh kaaasih sayang. *author dikeroyok warga sekampung*
"Ayo cepat, hari sudah mulai gelap," sang papa memperingatkan.
"Iya, ayo kita pulang," sahut Minato setuju, yang disusul dengan anggukan Minako. Tiba-tiba saja Minako merangkul tangan Minato. Minato menatap adiknya dengan pandangan tumben-banget-lu-megang-tangan-gua.
"Tangan kakak hangat, jadi pengen kupeluk," kata Minako yang seolah bisa membaca pikiran kakaknya itu. Minato hanya terbengong melihat adiknya itu dan tersadar bahwa ia harus berjalan menyusul kedua orangtuanya itu.
Sesaat, entah kenapa Minato melihat seekor kupu-kupu biru yang terbang bagaikan ilusi. Secara refleks ia memandang ke arah kupu-kupu itu terbang. Ia mengembalikan lagi pandangannya kedepan.
"No," sebuah suara datang dari arah belakang Minato. Karena penasaran, ia pun menengok ke arah belakangnya. Ternyata suara itu berasal dari seorang 'makhluk' berambut putih emo yang bisa terbang, dibelakangnya terdapat sebuah harpa yang lumayan besar. "don't die,"
"Apa?" Minato bercengo ria *author (Kagami) dilempar batako* mendengar perkataan 'makhluk' itu.
DUARR!
Terdengar sebuah ledakan datang dari gedung besar di depan mereka. "Kyaa!" Minako berteriak dan lebih mempererat genggamannya pada Minato.
"Because you can't die here, for now," sang 'makhluk' merangkul Minato dan Minako. Api menyambar dari arah depan, tapi mereka tak terbakar. Apa ini karena 'makhluk' itu? Minako hanya bisa memejamkan mata karena tak sanggup melihat semuanya. Minato? Tentu aja dia tetap berdiri dengan tampangnya yang (sok) cool itu. *author ditembak readers*
Semburan api mulai mengecil karena beberapa orang regu pemadam kebaran datang memadamkan api. Minako mulai memberanikan diri untuk membuka matanya. Dan sebuah pemandangan tak terduga datang menyambutnya, kedua orangtua mereka, tewas terbakar di depan matanya.
"TIDAAAAAK!"
"Minato, Minato Arisato!" teriak Toriumi-sensei menyebut nama Minato untuk yang kesekian kalinya. Minato terbangun dari tidurnya, dan langsung menegakkan tubuhnya. Semua anak dikelasnya mulai melihat dirinya dengan pandangan geli. Kecuali Aigis, Minako, Junpei, dan Yukari. Karena Aigis memandangnya dengan tatapan 'Kenapa Minato-san?', Minako dengan tatapan 'kakak gua malu-maluin amat, malu gua', Junpei dengan tatapan 'kalo jadi elu, maaalu gua!' sementara Yukari menunjuk mulut Minato dengan tatapan 'hapus dulu iler lu, goblok!'
"Syukurlah, ternyata cuma mimpi," ucap Minato dalam hati.
"MINATO, PERGI KE RUANG GURU, SETELAH PULANG SEKOLAH!" teriak Toriumi-sensei pake toa *author (Yuuki) dilempar toa-nya Toriumi* dengan nada marah.
"Hah, ke ruang guru lagi, damn it,' pikir Minato dengan gaya (sok) cool-nya lagi *author ditebas Minato*.
Minato memang paling sering ketiduran di kelasnya, mimpinya pun selalu sama, yaitu masa kecil mereka dimana mereka kehilangan orangtuanya. Kebakaran besar itu, ledakan, dan juga, 'makhluk' itu.
"Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, bukannya itu Orpheus ya?" gumamnya dengan volume suara yang saaaaaangat kecil. *author (Kagami) disantet Minato*
Secarik kertas yang terlipat terjatuh tepat di atas mejanya. Minato pun membuka lipatan kertas itu, dan di dalamnya tertulis:
Kakak kenapa? Gak biasanya kakak kayak gini. Kalau ada masalah cerita sama aku aja ya? ^^
Minako
Minato melirik ke arah Minako. Dilihatnya Minako yang sedang tersenyum kepadanya. "Manis sekali..." pikir Minato sambil membalas senyuman adiknya itu.
-Minato's POV-
Bel tanda pulang telah berbunyi. Ini saatnya aku harus ke ruang guru, menemui Toriumi-sensei gara-gara aku tertidur di kelas lagi. Ini sudah ke-6 kalinya dalam minggu ini. Mimpi itu, tentang kedua orang tuaku –juga Minako tentunya.
Aku berdiri dari tempat dudukku yang berada di sebelah Aigis. Lalu mengambil tasku yang mirip dengan adikku. Aku pun berjalan menuju koridor lantai 2.
"Konnichiwa, Minato-kun," tiba-tiba Fuuka muncul begitu aku membuka pintu kelasku.
"Konnichiwa," jawabku singkat.
"Umm... apa hari ini kamu ada waktu kosong?" tanyanya padaku dengan muka yang –entah kenapa– memerah. Munurutku sih, kayaknya aku bakalan diminta memakan masakannya yang rasanya aneh itu.
"Maaf, aku harus menemui Toriumi-sensei," tolakku dan berlalu dari tempat itu. Sepertinya ia kecewa, tapi biarlah, yang penting sekarang aku menemui Toriumi-sensei. Aku menuruni tangga yang berada di dekat toilet. Dan lagi-lagi ada seseorang yang memanggilku. Tapi kali ini bukan Fuuka, dia Minako.
"Kakak, malam ini mau makan apa?" tanyanya dengan senyumannya yang khas itu.
"Kenapa kamu menanyakan itu?" aku bertanya balik.
"Soalnya hari ini aku yang memasak makan malam untuk semua anggota," jawabnya, "jadi sekalian aku yang beli bahan-bahannya deh,"
"Cuma kamu aja yang masak?"
"Nggak, aku di bantu Shinjiro-senpai kok," Aha! Ketauan banget! Kalo mereka berdua yang masak, pasti bakalan ada pesta makan di dorm.
"Baiklah, aku mau makan nasi kari," jawabku. Entah kenapa akhir-akhir ini aku ingin memakan nasi kari buatan adikku ini. Mungkin karena dia belum pernah memasakkannya untukku.
"Oke deh, tunggu aja, nanti kakak bakalan kenyang sama masakanku deh!" serunya dengan penuh semangat. Ah.. dia memang benar-benar manis.
"Oh ya, aku harus menemui Toriumi-sensei, buat masakan yang enak ya," aku pun berlalu meninggalkan Minako.
"Iya, aku akan belanja di supermaket di Tatsumi Port Island, sampai jumpa nanti malam,"
-Minato's POV end-
Minako melangkahkan kakinya di sebuah supermarket di dekat stasiun. Sambil mendengarkan lagu 'Soul Phrase', ia mengambil kentang, daging sapi, bumbu kari, dan juga sayuran lain. Sambil bernyanyi kecil, ia mencoba mengambil susu sapi di stand yang paling atas.
"Uh... tanganku tidak sampai..." gumamnya kesal. Ia mencoba berjinjit supaya tangannya mencapai barang yang diinginkannya itu. Tiba-tiba, terlihat tangan milik orang lain mengambil susu sapi itu, lalu menawarkannya pada Minako. "Kamu mau mengambil ini?" tanyanya.
"Akihiko-senpai?" Minako terkejut melihat sosok yang berada di depanya itu. Dia Akihiko Sanada, seniornya di Gekkoukan High. (readers : "udah tau, goblok!")
"Baru pulang sekolah?" tanya Akihiko seraya memberikan sekotak susu sapi.
"Mmm... yah, begitulah. Senpai sendiri?" Minako mengambil kotak susu itu lalu memasukannya ke keranjang yang ia bawa. Ia melihat senpainya itu juga membawa keranjang belanjaan. Isinya (menurut para author sie) mencurigakan.
"Oh, aku baru pulang dari ekskul," jawab Akihiko sambil menggaruk belakang kepalanya yang (keliatannya sie) tidak gatal.
Minako melirik ke arah keranjang yang dibawa Akihiko. "Memangnya senpai kesini mau beli apa?" tanyanya dengan (sok) polos. *author ditusuk Minako*
"Ah, oh... ini bukan apa-apa kok," jawab Akihiko dengan kikuk. Minako semakin penasaran dan melihat lebih dekat apa yang di dalam keranjang itu.
"Eh, bukannya itu susu S-Men yang buat body builder itu ya?"
Kagami : "Yak, waktunya pojok gaje!"
Yuuki : "Okelah, apa itu susu S-Men?"
Kagami : "Oh, itu sih ngocolan dari susu L-Men!"
Yuuki : "Bukannya ada singkatannya?"
Kagami : "Ada dong! S-Men itu singkatan dari Silau Men!" *dikeroyok all model L-Men*
Readers: *sweatdropped*
Yuuki : "Okelah, kita lanjut~~ ^^"
"Eh, mm... i-ini titipan dari Shinji kok!" sahut Akihiko mengelak. Sementara itu di Iwatodai dorm...
"HUACHIING!" Shinjiro bersin (?) dengan keras sampai-sampai terdengar ke Command Room di lantai 4. *author ditebas Shinjiro*
"Kenapa Shinjiro-san?" tanya Aigis yang lagi ngasih makan Koromaru.
"Gak tau, kayaknya ada yang lagi ngomongin gua," jawab Shinjiro singkat. Okelah, kembali ke TKP!
"Mmmm... sepertinya aku harus pulang ke dorm sekarang, sampai nanti, senpai," Minako berlalu dari tempat itu, tapi Akihiko menahan tangannya agar jangan pergi dari situ. *BGM: "Dia... Dia...Dia..." (Afgan)* *author dikeroyok all Afganisme(?)*
Keheningan melanda mereka. Minako hanya memandangnya bingung. Sementara muka Akihiko mulai memerah dan kehilangan kata-kata. 5 detik... 15 detik... 1 menit... 5 menit... 10 menit... (readers: "WOI! KAPAN SELESENYA?")
"Anu..." Akihiko mulai memecah keheningan, "mau pulang... bersamaku?"
"Ya, tentu saja," jawab Minako singkat, "ngomong-ngomong, senpai, bisa lepaskan tanganku?"
"O-oh... maaf," sentak Akihiko melepaskan genggamannya. Mereka pun berjalan ke arah penjaga kasir. Di sana terlihat seorang pemuda yang berambut cokelat (sejujurnya author bingung itu cokelat atau oranye =,=)
"Wah, pacarnya nje mas?" kata si penjaga kasir dengan logat jawanya (?).
"Hush! Boten! Sontoloyo!(Baca: Hush! Bukan! Sontoloyo!)" jawab Akihiko.
Yuuki : "walah, ternyata Kagami bisa bahasa Jawa!"
Kagami : "ah, gak tuh, gw kan cuma nanya sama nenek" (?)
Yuuki : "oh, berarti neneknya Kagami orang Jawa?"
Kagami : "gak, nenek gw orang Sunda, tapi pernah tinggal di Jember"
Yuuki : "ow, gitu, mari kita lanjut!"
"Heh! Sembarangan lo!" seru Minako. *death glare mode on*
"Sori, sori," kata si penjaga kasir dengan mata innocent, tau-tau mulai deh lagunya keong racun (?)*author (Yuuki) dilempar mesin kasir* "abis mas Aki jarang bawa cewek sih, jadi dikirainnya pacar mas Aki,"
"Sembarangan aja lu, Yosuke" (readers : "Yosuke?")
Kagami : "Ah, biarlah, kalo di P3P ada Yukiko, kenapa gak ada Yosukenya?"
"Senpai kenal sama orang ini?" tanya Minako sambil menunjuk Yosuke dengan death glarenya.
"Oh, ya, dia anak teman ayahku, Yosuke Hanamura" jelas Akihiko dengan nada yang berwibawa (?) *(lagi-lagi) author disantet*
"Oh... Aku Minako Arisato, salam kenal," Minako mengenalkan dirinya dengan nada yang (tiba-tiba menjadi) ramah.
"Salam kenal," jawab Yosuke, "mas Aki, kalo gak cepet-cepet pulang entar kemaleman loh,"
"Bener juga, tumben lu pinter," kata Akihiko dengan muka yang (very very) innocent.
"Anjir, dalem gila!" teriak Yosuke dalem hati. (ternyata orang ini bisa tersinggung juga =,=) *author dikeroyok fans Yosuke*
"Yuk, kita pulang ke dorm, senpai" ajak Minako dengan polosnya, lalu gadis itu mengambil belanjaan miliknya dan berlalu dari sana.
-Minako's POV-
Aku berjalan meninggalkan supermarket itu, sebenarnya dari tadi aku menyesal kenapa harus pulang dengan Akihiko-senpai. Bukannya aku tidak suka, tapi kan waktu memasaknya jadi makin sedikit. Kalau waktuku untuk memasak menjadi sedikit, pasti waktuku bersama 'dia' pun makin sedikit.
Tiba-tiba saja Akihiko-senpai memanggilku dari belakang, sambil terengah-engah ia berlari menyusulku dari supermarket yang bernama 'Junes cabang Iwatodai' itu.
"Hei, jalanmu cepat sekali," ujarnya, bersamaan dengan laguku yang berganti menjadi 'Wiping All Out'.
"Benarkah?" tanyaku. Menurutku sih, itu karena dianya saja yang nggak buru-buru jalan. =,=
"Ya, tentu saja, ngomong-ngomong, hari ini kamu masak apa?" tanyanya.
"Bukan masakan yang spesial sih, tapi hari ini aku dan Shinjiro-senpai akan memasak steak dan nasi kari," jawabku dengan nada yang riang. Kenapa? Karena aku membayangkan seperti apa senangnya ketika aku memasak bersama Shinjiro-senpai.
Tiba-tiba keheningan melanda kami, kenapa ini? Aku pun melirik ke arahnya. Entah kenapa, Akihiko-senpai terlihat tidak suka kalau aku menyebut-nyebut nama Shinjiro-senpai. Sepertinya aku harus mencari topik pembicaraan lain.
"Oh, ya, senpai, bagaimana tentang rencana 'Fullmoon' minggu depan?" tanyaku. Dia masih tetap masih terdiam. Apa dia kesal? Tapi kenapa?
Aku mencoba bertanya lebih keras, tapi ia tidak menjawabnya lagi. Ya Tuhan, kenapa sih orang ini? Bikin kesel aja deh. =,=;
"WOI! DENGER GA SIH LU? LU BUDEG YA? LAMA-LAMA GUA JADIIN GUDEG LU!"
"Hah, apa? Kamu mau buat gudeg ala Yogyakarta juga?" akhirnya ia mulai menjawab. Anjir, ni orang bener-bener budeg juga, mana bisa gua masak gudeg, bego!
"Soal rencana 'Fullmoon' minggu depan, jadinya bagaimana?" tanyaku sekali lagi.
"Oh, kalau soal itu sih jangan tanya aku, Mitsuru lebih tau," jawabnya. Yah, percuma dong gua nanya dari tadi. =3=
Aku memutuskan untuk melepas earphoneku, daripada ketularan budeg juga. =,=
"Mmm... Minako," tiba-tiba saja Akihiko-senpai memanggilku, aku menoleh kepadanya, kulihat mukanya yang tiba-tiba memerah, "sebenarnya, aku..."
Suara gemerisik datang dari belakang kami, tepatnya, dari gang yang gelap itu. Sepertinya aku merasakan firasat buruk. Aku menutup mulut senpaiku ini, menyuruhnya untuk diam. Entah kenapa mukanya jadi tambah merah, jangan-jangan dia lagi mikir yang enggak-enggak lagi. =,=
Tiga orang orang aneh datang dari gang gelap itu, mereka... Strega.
-Minako's POV end-
"Gotcha, vice leader," sahut Jin.
"Kalian... Strega!" sahut Minako. Reflek Akihiko langsung berdiri di depan Minako. (Kagami: "Niatnya ngelindungin gitu deh...")
"Wah, wah, ternyata Sang Ksatria sedang melindungi putrinya!" ejek Takaya. Sontak ketiga anggota Strega itu tertawa terbahak-bahak (baca : ngakak ga jelas).
Minako menepuk pundak Akihiko, menyuruhnya agar tidak ikut campur. (Yuuki: "Hahaha, emangnya es campur XD")
"Jangan, bisa berbahaya kalau– " belum selesai Akihiko bicara, Minako sudah berjalan menuju ketiga anggota Strega itu.
"Mau apa kalian? Sampai mengikuti kami segala?" tanya Minako dengan tatapan yang dingin.
Yuuki : "Ih, Kagami, kok tau-tau di sini dingin ya?"
Kagami : "Ho-oh, namanya juga tatapan 'beruang kutub lagi ngamuk', jadi ya gini deh,"
Minako : "Heh! Cepetan diterusin, gue udah pegel nih nge-freeze terus!"
Kagami : "Hu.. gw dimarahin... *hiks hiks* okelah, kita lanjut! TT^TT"
"Kami gak ada maksud buat ngeliat kalian pacaran kok," jawab Chidori.
Hening sejenak. "APA LU BILANG? MAU GUA BUNUH?" teriak Minako sampe kaca tetangga sebelah pecah. (Nie author kok makin lama makin ngocol aja sie?)
"Dia betul, kami cuma ingin menculikmu, vice leader," jawab Takaya singkat.
"APA?" teriak Akihiko sampe kaca gedung kota sebelah pecah. (kok jadi makin amburadul?)
"Berisik banget sih," keluh Takaya sambil mengeluarkan sebuah revolver dari 'tempatnya'. Sontak Minako mundur selangkah dari tempatnya berdiri.
"Kenapa? Kau takut?" tanya Takaya mengejek. Minako hanya bisa terdiam di tempat, memikir apa yang harus dilakukannya. Tiba-tiba sebuah tangan membekapnya dari belakang. (coba tebak tangan siapa?)
"Ini... obat bius," pikir Minako dalam hati. Dia mencoba melepaskan dirinya, tapi nasib tak mengizinkannya. Ia sudah tak sadarkan diri.
"Apa yang kau lakukan pada Minako?" Akihiko berlari menerjang Takaya. Dan ia berhasil meninju perut kurus milik laki-laki berambut panjang itu.
"Berisik banget sih!" teriak Takaya, dia pun menembakan satu peluru ke bahu milik orang di depannya itu. Akihiko hanya meringis kesakitan. Tapi ia tidak memedulikannya, baginya yang penting sekarang adalah menyelamatkan Minako.
"Cih, gak mati ya?" gerutu Chidori sambil menendang Akihiko. Laki-laki itu pun terpental sampai tembok yang ditabraknya sedikit retak.
"Ayo kita pergi," suruh Jin yang sedang mengangkut (?) Minako. Chidori hanya mengangguk.
"Yah, pokoknya, sampai jumpa di Tartarus," tambah Jin.
Sementara itu di Iwatodai Dorm...
"Uh... kok Minako-san lama sih?" keluh Ken yang daritadi cacing di perutnya udah dangdutan.
"Udah, sabarlah Ken, bentar lagi juga pulang," Junpei menenagkan Ken sambil main game di PSP.
"Tapi, bukankah ini aneh?" tanya Mitsuru. Sontak 6 manusia, 1 robot, 1 anjing, dan 2 author (?) menoleh ke arahnya.
"Emangnya kenapa, senpai?" tanya Yukari balik.
"Bukankah Arisato belum pernah pulang lebih dari jam 8 malam? Lagipula, Akihiko juga belum pulang," jawab Mitsuru.
"Benar juga," ujar Fuuka setuju, "apa jangan-jangan mereka..." belum selesai Fuuka melanjutkan perkataannya, tiba-tiba terasa atmosfer tak mengenakan dari seluruh cowok di Dorm. Apalagi Minato dan Shinjiro.
"Kayaknya kamu salah ngomong deh, Fuuka," bisik Yukari.
"Um... sori?"
BRAKK!
Pintu utama Iwatodai Dorm dibanting oleh seseorang. Orang itu terluka di bagian bahu kiri, pelipis kanannya juga mengeluarkan banyak sekali darah. Seluruh penghuni Dorm kaget melihat sosok yang terluka itu.
"Minako..." Akihiko menggumamkan nama salah seorang juniornya.
"Ada apa dengan Minako? Di mana dia?" tanya Minato yang sudah menempatkan Akihiko di salah satu sofa. Semua anggota S.E.E.S. memandangnya heran dan penuh tanya, apa yang terjadi pada Minako?
"Dia... diculik oleh Strega,"
"APA?"
"Kenapa, Minako?" tanya sang kakak, Minato Arisato.
"Ayo kita main di sebelah sana, aku bosan main di sini terus!" seru sang adik, Minako Arisato, seraya menujukkan jarinya ke arah taman didekat sebuah gedung besar.
"Baiklah, ayo kita ke sana," Minato dan Minako berlari sampai taman Iwatodai, tempat anak-anak bermain dan para orangtua menikmati pemandangan tamannya yang indah.
Mereka tidak memedulikan waktu yang telah mereka lalui, tak terasa langit siang sudah berubah menjadi langit senja. Sudah banyak anak yang pulang ke rumah masing-masing, tetapi masih ada beberapa anak yang tetap menunggu dijemput orang tua mereka, termasuk Minato dan Minako.
"Kakak, mama sama papa kok lama sih?" tanya Minako dengan mata innocentnya. *para author digebug*
"Nggak tau deh, kayaknya seben-" "Minato! Minako!" jawaban Minato terputus oleh suara seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan yang melambaikan tangan kearah mereka. Di sebelahnya tampak seorang pria yang turut menemani sang wanita.
"Mama! Papa!" seru kedua saudara kembar ini bersamaan. Minako lebih dulu berlari menuju sang mama, lalu disusul dengan Minato.
"Huuuh, mama lama banget sih!" kata Minako dengan kesal.
"Maaf ya, sayang, soalnya mama masih ada urusan dulu," jelas mamanya sambil mengelus kepala Minako dengan penuh kaaasih sayang. *author dikeroyok warga sekampung*
"Ayo cepat, hari sudah mulai gelap," sang papa memperingatkan.
"Iya, ayo kita pulang," sahut Minato setuju, yang disusul dengan anggukan Minako. Tiba-tiba saja Minako merangkul tangan Minato. Minato menatap adiknya dengan pandangan tumben-banget-lu-megang-tangan-gua.
"Tangan kakak hangat, jadi pengen kupeluk," kata Minako yang seolah bisa membaca pikiran kakaknya itu. Minato hanya terbengong melihat adiknya itu dan tersadar bahwa ia harus berjalan menyusul kedua orangtuanya itu.
Sesaat, entah kenapa Minato melihat seekor kupu-kupu biru yang terbang bagaikan ilusi. Secara refleks ia memandang ke arah kupu-kupu itu terbang. Ia mengembalikan lagi pandangannya kedepan.
"No," sebuah suara datang dari arah belakang Minato. Karena penasaran, ia pun menengok ke arah belakangnya. Ternyata suara itu berasal dari seorang 'makhluk' berambut putih emo yang bisa terbang, dibelakangnya terdapat sebuah harpa yang lumayan besar. "don't die,"
"Apa?" Minato bercengo ria *author (Kagami) dilempar batako* mendengar perkataan 'makhluk' itu.
DUARR!
Terdengar sebuah ledakan datang dari gedung besar di depan mereka. "Kyaa!" Minako berteriak dan lebih mempererat genggamannya pada Minato.
"Because you can't die here, for now," sang 'makhluk' merangkul Minato dan Minako. Api menyambar dari arah depan, tapi mereka tak terbakar. Apa ini karena 'makhluk' itu? Minako hanya bisa memejamkan mata karena tak sanggup melihat semuanya. Minato? Tentu aja dia tetap berdiri dengan tampangnya yang (sok) cool itu. *author ditembak readers*
Semburan api mulai mengecil karena beberapa orang regu pemadam kebaran datang memadamkan api. Minako mulai memberanikan diri untuk membuka matanya. Dan sebuah pemandangan tak terduga datang menyambutnya, kedua orangtua mereka, tewas terbakar di depan matanya.
"TIDAAAAAK!"
"Minato, Minato Arisato!" teriak Toriumi-sensei menyebut nama Minato untuk yang kesekian kalinya. Minato terbangun dari tidurnya, dan langsung menegakkan tubuhnya. Semua anak dikelasnya mulai melihat dirinya dengan pandangan geli. Kecuali Aigis, Minako, Junpei, dan Yukari. Karena Aigis memandangnya dengan tatapan 'Kenapa Minato-san?', Minako dengan tatapan 'kakak gua malu-maluin amat, malu gua', Junpei dengan tatapan 'kalo jadi elu, maaalu gua!' sementara Yukari menunjuk mulut Minato dengan tatapan 'hapus dulu iler lu, goblok!'
"Syukurlah, ternyata cuma mimpi," ucap Minato dalam hati.
"MINATO, PERGI KE RUANG GURU, SETELAH PULANG SEKOLAH!" teriak Toriumi-sensei pake toa *author (Yuuki) dilempar toa-nya Toriumi* dengan nada marah.
"Hah, ke ruang guru lagi, damn it,' pikir Minato dengan gaya (sok) cool-nya lagi *author ditebas Minato*.
Minato memang paling sering ketiduran di kelasnya, mimpinya pun selalu sama, yaitu masa kecil mereka dimana mereka kehilangan orangtuanya. Kebakaran besar itu, ledakan, dan juga, 'makhluk' itu.
"Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, bukannya itu Orpheus ya?" gumamnya dengan volume suara yang saaaaaangat kecil. *author (Kagami) disantet Minato*
Secarik kertas yang terlipat terjatuh tepat di atas mejanya. Minato pun membuka lipatan kertas itu, dan di dalamnya tertulis:
Kakak kenapa? Gak biasanya kakak kayak gini. Kalau ada masalah cerita sama aku aja ya? ^^
Minako
Minato melirik ke arah Minako. Dilihatnya Minako yang sedang tersenyum kepadanya. "Manis sekali..." pikir Minato sambil membalas senyuman adiknya itu.
-Minato's POV-
Bel tanda pulang telah berbunyi. Ini saatnya aku harus ke ruang guru, menemui Toriumi-sensei gara-gara aku tertidur di kelas lagi. Ini sudah ke-6 kalinya dalam minggu ini. Mimpi itu, tentang kedua orang tuaku –juga Minako tentunya.
Aku berdiri dari tempat dudukku yang berada di sebelah Aigis. Lalu mengambil tasku yang mirip dengan adikku. Aku pun berjalan menuju koridor lantai 2.
"Konnichiwa, Minato-kun," tiba-tiba Fuuka muncul begitu aku membuka pintu kelasku.
"Konnichiwa," jawabku singkat.
"Umm... apa hari ini kamu ada waktu kosong?" tanyanya padaku dengan muka yang –entah kenapa– memerah. Munurutku sih, kayaknya aku bakalan diminta memakan masakannya yang rasanya aneh itu.
"Maaf, aku harus menemui Toriumi-sensei," tolakku dan berlalu dari tempat itu. Sepertinya ia kecewa, tapi biarlah, yang penting sekarang aku menemui Toriumi-sensei. Aku menuruni tangga yang berada di dekat toilet. Dan lagi-lagi ada seseorang yang memanggilku. Tapi kali ini bukan Fuuka, dia Minako.
"Kakak, malam ini mau makan apa?" tanyanya dengan senyumannya yang khas itu.
"Kenapa kamu menanyakan itu?" aku bertanya balik.
"Soalnya hari ini aku yang memasak makan malam untuk semua anggota," jawabnya, "jadi sekalian aku yang beli bahan-bahannya deh,"
"Cuma kamu aja yang masak?"
"Nggak, aku di bantu Shinjiro-senpai kok," Aha! Ketauan banget! Kalo mereka berdua yang masak, pasti bakalan ada pesta makan di dorm.
"Baiklah, aku mau makan nasi kari," jawabku. Entah kenapa akhir-akhir ini aku ingin memakan nasi kari buatan adikku ini. Mungkin karena dia belum pernah memasakkannya untukku.
"Oke deh, tunggu aja, nanti kakak bakalan kenyang sama masakanku deh!" serunya dengan penuh semangat. Ah.. dia memang benar-benar manis.
"Oh ya, aku harus menemui Toriumi-sensei, buat masakan yang enak ya," aku pun berlalu meninggalkan Minako.
"Iya, aku akan belanja di supermaket di Tatsumi Port Island, sampai jumpa nanti malam,"
-Minato's POV end-
Minako melangkahkan kakinya di sebuah supermarket di dekat stasiun. Sambil mendengarkan lagu 'Soul Phrase', ia mengambil kentang, daging sapi, bumbu kari, dan juga sayuran lain. Sambil bernyanyi kecil, ia mencoba mengambil susu sapi di stand yang paling atas.
"Uh... tanganku tidak sampai..." gumamnya kesal. Ia mencoba berjinjit supaya tangannya mencapai barang yang diinginkannya itu. Tiba-tiba, terlihat tangan milik orang lain mengambil susu sapi itu, lalu menawarkannya pada Minako. "Kamu mau mengambil ini?" tanyanya.
"Akihiko-senpai?" Minako terkejut melihat sosok yang berada di depanya itu. Dia Akihiko Sanada, seniornya di Gekkoukan High. (readers : "udah tau, goblok!")
"Baru pulang sekolah?" tanya Akihiko seraya memberikan sekotak susu sapi.
"Mmm... yah, begitulah. Senpai sendiri?" Minako mengambil kotak susu itu lalu memasukannya ke keranjang yang ia bawa. Ia melihat senpainya itu juga membawa keranjang belanjaan. Isinya (menurut para author sie) mencurigakan.
"Oh, aku baru pulang dari ekskul," jawab Akihiko sambil menggaruk belakang kepalanya yang (keliatannya sie) tidak gatal.
Minako melirik ke arah keranjang yang dibawa Akihiko. "Memangnya senpai kesini mau beli apa?" tanyanya dengan (sok) polos. *author ditusuk Minako*
"Ah, oh... ini bukan apa-apa kok," jawab Akihiko dengan kikuk. Minako semakin penasaran dan melihat lebih dekat apa yang di dalam keranjang itu.
"Eh, bukannya itu susu S-Men yang buat body builder itu ya?"
Kagami : "Yak, waktunya pojok gaje!"
Yuuki : "Okelah, apa itu susu S-Men?"
Kagami : "Oh, itu sih ngocolan dari susu L-Men!"
Yuuki : "Bukannya ada singkatannya?"
Kagami : "Ada dong! S-Men itu singkatan dari Silau Men!" *dikeroyok all model L-Men*
Readers: *sweatdropped*
Yuuki : "Okelah, kita lanjut~~ ^^"
"Eh, mm... i-ini titipan dari Shinji kok!" sahut Akihiko mengelak. Sementara itu di Iwatodai dorm...
"HUACHIING!" Shinjiro bersin (?) dengan keras sampai-sampai terdengar ke Command Room di lantai 4. *author ditebas Shinjiro*
"Kenapa Shinjiro-san?" tanya Aigis yang lagi ngasih makan Koromaru.
"Gak tau, kayaknya ada yang lagi ngomongin gua," jawab Shinjiro singkat. Okelah, kembali ke TKP!
"Mmmm... sepertinya aku harus pulang ke dorm sekarang, sampai nanti, senpai," Minako berlalu dari tempat itu, tapi Akihiko menahan tangannya agar jangan pergi dari situ. *BGM: "Dia... Dia...Dia..." (Afgan)* *author dikeroyok all Afganisme(?)*
Keheningan melanda mereka. Minako hanya memandangnya bingung. Sementara muka Akihiko mulai memerah dan kehilangan kata-kata. 5 detik... 15 detik... 1 menit... 5 menit... 10 menit... (readers: "WOI! KAPAN SELESENYA?")
"Anu..." Akihiko mulai memecah keheningan, "mau pulang... bersamaku?"
"Ya, tentu saja," jawab Minako singkat, "ngomong-ngomong, senpai, bisa lepaskan tanganku?"
"O-oh... maaf," sentak Akihiko melepaskan genggamannya. Mereka pun berjalan ke arah penjaga kasir. Di sana terlihat seorang pemuda yang berambut cokelat (sejujurnya author bingung itu cokelat atau oranye =,=)
"Wah, pacarnya nje mas?" kata si penjaga kasir dengan logat jawanya (?).
"Hush! Boten! Sontoloyo!(Baca: Hush! Bukan! Sontoloyo!)" jawab Akihiko.
Yuuki : "walah, ternyata Kagami bisa bahasa Jawa!"
Kagami : "ah, gak tuh, gw kan cuma nanya sama nenek" (?)
Yuuki : "oh, berarti neneknya Kagami orang Jawa?"
Kagami : "gak, nenek gw orang Sunda, tapi pernah tinggal di Jember"
Yuuki : "ow, gitu, mari kita lanjut!"
"Heh! Sembarangan lo!" seru Minako. *death glare mode on*
"Sori, sori," kata si penjaga kasir dengan mata innocent, tau-tau mulai deh lagunya keong racun (?)*author (Yuuki) dilempar mesin kasir* "abis mas Aki jarang bawa cewek sih, jadi dikirainnya pacar mas Aki,"
"Sembarangan aja lu, Yosuke" (readers : "Yosuke?")
Kagami : "Ah, biarlah, kalo di P3P ada Yukiko, kenapa gak ada Yosukenya?"
"Senpai kenal sama orang ini?" tanya Minako sambil menunjuk Yosuke dengan death glarenya.
"Oh, ya, dia anak teman ayahku, Yosuke Hanamura" jelas Akihiko dengan nada yang berwibawa (?) *(lagi-lagi) author disantet*
"Oh... Aku Minako Arisato, salam kenal," Minako mengenalkan dirinya dengan nada yang (tiba-tiba menjadi) ramah.
"Salam kenal," jawab Yosuke, "mas Aki, kalo gak cepet-cepet pulang entar kemaleman loh,"
"Bener juga, tumben lu pinter," kata Akihiko dengan muka yang (very very) innocent.
"Anjir, dalem gila!" teriak Yosuke dalem hati. (ternyata orang ini bisa tersinggung juga =,=) *author dikeroyok fans Yosuke*
"Yuk, kita pulang ke dorm, senpai" ajak Minako dengan polosnya, lalu gadis itu mengambil belanjaan miliknya dan berlalu dari sana.
-Minako's POV-
Aku berjalan meninggalkan supermarket itu, sebenarnya dari tadi aku menyesal kenapa harus pulang dengan Akihiko-senpai. Bukannya aku tidak suka, tapi kan waktu memasaknya jadi makin sedikit. Kalau waktuku untuk memasak menjadi sedikit, pasti waktuku bersama 'dia' pun makin sedikit.
Tiba-tiba saja Akihiko-senpai memanggilku dari belakang, sambil terengah-engah ia berlari menyusulku dari supermarket yang bernama 'Junes cabang Iwatodai' itu.
"Hei, jalanmu cepat sekali," ujarnya, bersamaan dengan laguku yang berganti menjadi 'Wiping All Out'.
"Benarkah?" tanyaku. Menurutku sih, itu karena dianya saja yang nggak buru-buru jalan. =,=
"Ya, tentu saja, ngomong-ngomong, hari ini kamu masak apa?" tanyanya.
"Bukan masakan yang spesial sih, tapi hari ini aku dan Shinjiro-senpai akan memasak steak dan nasi kari," jawabku dengan nada yang riang. Kenapa? Karena aku membayangkan seperti apa senangnya ketika aku memasak bersama Shinjiro-senpai.
Tiba-tiba keheningan melanda kami, kenapa ini? Aku pun melirik ke arahnya. Entah kenapa, Akihiko-senpai terlihat tidak suka kalau aku menyebut-nyebut nama Shinjiro-senpai. Sepertinya aku harus mencari topik pembicaraan lain.
"Oh, ya, senpai, bagaimana tentang rencana 'Fullmoon' minggu depan?" tanyaku. Dia masih tetap masih terdiam. Apa dia kesal? Tapi kenapa?
Aku mencoba bertanya lebih keras, tapi ia tidak menjawabnya lagi. Ya Tuhan, kenapa sih orang ini? Bikin kesel aja deh. =,=;
"WOI! DENGER GA SIH LU? LU BUDEG YA? LAMA-LAMA GUA JADIIN GUDEG LU!"
"Hah, apa? Kamu mau buat gudeg ala Yogyakarta juga?" akhirnya ia mulai menjawab. Anjir, ni orang bener-bener budeg juga, mana bisa gua masak gudeg, bego!
"Soal rencana 'Fullmoon' minggu depan, jadinya bagaimana?" tanyaku sekali lagi.
"Oh, kalau soal itu sih jangan tanya aku, Mitsuru lebih tau," jawabnya. Yah, percuma dong gua nanya dari tadi. =3=
Aku memutuskan untuk melepas earphoneku, daripada ketularan budeg juga. =,=
"Mmm... Minako," tiba-tiba saja Akihiko-senpai memanggilku, aku menoleh kepadanya, kulihat mukanya yang tiba-tiba memerah, "sebenarnya, aku..."
Suara gemerisik datang dari belakang kami, tepatnya, dari gang yang gelap itu. Sepertinya aku merasakan firasat buruk. Aku menutup mulut senpaiku ini, menyuruhnya untuk diam. Entah kenapa mukanya jadi tambah merah, jangan-jangan dia lagi mikir yang enggak-enggak lagi. =,=
Tiga orang orang aneh datang dari gang gelap itu, mereka... Strega.
-Minako's POV end-
"Gotcha, vice leader," sahut Jin.
"Kalian... Strega!" sahut Minako. Reflek Akihiko langsung berdiri di depan Minako. (Kagami: "Niatnya ngelindungin gitu deh...")
"Wah, wah, ternyata Sang Ksatria sedang melindungi putrinya!" ejek Takaya. Sontak ketiga anggota Strega itu tertawa terbahak-bahak (baca : ngakak ga jelas).
Minako menepuk pundak Akihiko, menyuruhnya agar tidak ikut campur. (Yuuki: "Hahaha, emangnya es campur XD")
"Jangan, bisa berbahaya kalau– " belum selesai Akihiko bicara, Minako sudah berjalan menuju ketiga anggota Strega itu.
"Mau apa kalian? Sampai mengikuti kami segala?" tanya Minako dengan tatapan yang dingin.
Yuuki : "Ih, Kagami, kok tau-tau di sini dingin ya?"
Kagami : "Ho-oh, namanya juga tatapan 'beruang kutub lagi ngamuk', jadi ya gini deh,"
Minako : "Heh! Cepetan diterusin, gue udah pegel nih nge-freeze terus!"
Kagami : "Hu.. gw dimarahin... *hiks hiks* okelah, kita lanjut! TT^TT"
"Kami gak ada maksud buat ngeliat kalian pacaran kok," jawab Chidori.
Hening sejenak. "APA LU BILANG? MAU GUA BUNUH?" teriak Minako sampe kaca tetangga sebelah pecah. (Nie author kok makin lama makin ngocol aja sie?)
"Dia betul, kami cuma ingin menculikmu, vice leader," jawab Takaya singkat.
"APA?" teriak Akihiko sampe kaca gedung kota sebelah pecah. (kok jadi makin amburadul?)
"Berisik banget sih," keluh Takaya sambil mengeluarkan sebuah revolver dari 'tempatnya'. Sontak Minako mundur selangkah dari tempatnya berdiri.
"Kenapa? Kau takut?" tanya Takaya mengejek. Minako hanya bisa terdiam di tempat, memikir apa yang harus dilakukannya. Tiba-tiba sebuah tangan membekapnya dari belakang. (coba tebak tangan siapa?)
"Ini... obat bius," pikir Minako dalam hati. Dia mencoba melepaskan dirinya, tapi nasib tak mengizinkannya. Ia sudah tak sadarkan diri.
"Apa yang kau lakukan pada Minako?" Akihiko berlari menerjang Takaya. Dan ia berhasil meninju perut kurus milik laki-laki berambut panjang itu.
"Berisik banget sih!" teriak Takaya, dia pun menembakan satu peluru ke bahu milik orang di depannya itu. Akihiko hanya meringis kesakitan. Tapi ia tidak memedulikannya, baginya yang penting sekarang adalah menyelamatkan Minako.
"Cih, gak mati ya?" gerutu Chidori sambil menendang Akihiko. Laki-laki itu pun terpental sampai tembok yang ditabraknya sedikit retak.
"Ayo kita pergi," suruh Jin yang sedang mengangkut (?) Minako. Chidori hanya mengangguk.
"Yah, pokoknya, sampai jumpa di Tartarus," tambah Jin.
Sementara itu di Iwatodai Dorm...
"Uh... kok Minako-san lama sih?" keluh Ken yang daritadi cacing di perutnya udah dangdutan.
"Udah, sabarlah Ken, bentar lagi juga pulang," Junpei menenagkan Ken sambil main game di PSP.
"Tapi, bukankah ini aneh?" tanya Mitsuru. Sontak 6 manusia, 1 robot, 1 anjing, dan 2 author (?) menoleh ke arahnya.
"Emangnya kenapa, senpai?" tanya Yukari balik.
"Bukankah Arisato belum pernah pulang lebih dari jam 8 malam? Lagipula, Akihiko juga belum pulang," jawab Mitsuru.
"Benar juga," ujar Fuuka setuju, "apa jangan-jangan mereka..." belum selesai Fuuka melanjutkan perkataannya, tiba-tiba terasa atmosfer tak mengenakan dari seluruh cowok di Dorm. Apalagi Minato dan Shinjiro.
"Kayaknya kamu salah ngomong deh, Fuuka," bisik Yukari.
"Um... sori?"
BRAKK!
Pintu utama Iwatodai Dorm dibanting oleh seseorang. Orang itu terluka di bagian bahu kiri, pelipis kanannya juga mengeluarkan banyak sekali darah. Seluruh penghuni Dorm kaget melihat sosok yang terluka itu.
"Minako..." Akihiko menggumamkan nama salah seorang juniornya.
"Ada apa dengan Minako? Di mana dia?" tanya Minato yang sudah menempatkan Akihiko di salah satu sofa. Semua anggota S.E.E.S. memandangnya heran dan penuh tanya, apa yang terjadi pada Minako?
"Dia... diculik oleh Strega,"
"APA?"
We're Sorry
Untuk pembaca blog Sora, mohon maaf (lagi) di sini akan digantinya maskot yg baru (lagi). Saya benar-benar minta maaf. Maskot di sini ada 2 orang yaitu Jude Mathis dan Mira Maxwell. Untuk para pembaca saya benar-benar minta maaf .
Langganan:
Postingan (Atom)