Selasa, 04 Januari 2011

San Kokoro no Ma (Chapter 1)

"Kakak, kakak," panggil seorang gadis kecil berambut kecoklatan ini. Memanggil kakaknya yang juga berumuran sama, 7 tahun, hanya saja rambutnya berwarna biru.
"Kenapa, Minako?" tanya sang kakak, Minato Arisato.
"Ayo kita main di sebelah sana, aku bosan main di sini terus!" seru sang adik, Minako Arisato, seraya menujukkan jarinya ke arah taman didekat sebuah gedung besar.
"Baiklah, ayo kita ke sana," Minato dan Minako berlari sampai taman Iwatodai, tempat anak-anak bermain dan para orangtua menikmati pemandangan tamannya yang indah.
Mereka tidak memedulikan waktu yang telah mereka lalui, tak terasa langit siang sudah berubah menjadi langit senja. Sudah banyak anak yang pulang ke rumah masing-masing, tetapi masih ada beberapa anak yang tetap menunggu dijemput orang tua mereka, termasuk Minato dan Minako.
"Kakak, mama sama papa kok lama sih?" tanya Minako dengan mata innocentnya. *para author digebug*
"Nggak tau deh, kayaknya seben-" "Minato! Minako!" jawaban Minato terputus oleh suara seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan yang melambaikan tangan kearah mereka. Di sebelahnya tampak seorang pria yang turut menemani sang wanita.
"Mama! Papa!" seru kedua saudara kembar ini bersamaan. Minako lebih dulu berlari menuju sang mama, lalu disusul dengan Minato.
"Huuuh, mama lama banget sih!" kata Minako dengan kesal.
"Maaf ya, sayang, soalnya mama masih ada urusan dulu," jelas mamanya sambil mengelus kepala Minako dengan penuh kaaasih sayang. *author dikeroyok warga sekampung*
"Ayo cepat, hari sudah mulai gelap," sang papa memperingatkan.
"Iya, ayo kita pulang," sahut Minato setuju, yang disusul dengan anggukan Minako. Tiba-tiba saja Minako merangkul tangan Minato. Minato menatap adiknya dengan pandangan tumben-banget-lu-megang-tangan-gua.
"Tangan kakak hangat, jadi pengen kupeluk," kata Minako yang seolah bisa membaca pikiran kakaknya itu. Minato hanya terbengong melihat adiknya itu dan tersadar bahwa ia harus berjalan menyusul kedua orangtuanya itu.
Sesaat, entah kenapa Minato melihat seekor kupu-kupu biru yang terbang bagaikan ilusi. Secara refleks ia memandang ke arah kupu-kupu itu terbang. Ia mengembalikan lagi pandangannya kedepan.
"No," sebuah suara datang dari arah belakang Minato. Karena penasaran, ia pun menengok ke arah belakangnya. Ternyata suara itu berasal dari seorang 'makhluk' berambut putih emo yang bisa terbang, dibelakangnya terdapat sebuah harpa yang lumayan besar. "don't die,"
"Apa?" Minato bercengo ria *author (Kagami) dilempar batako* mendengar perkataan 'makhluk' itu.
DUARR!
Terdengar sebuah ledakan datang dari gedung besar di depan mereka. "Kyaa!" Minako berteriak dan lebih mempererat genggamannya pada Minato.
"Because you can't die here, for now," sang 'makhluk' merangkul Minato dan Minako. Api menyambar dari arah depan, tapi mereka tak terbakar. Apa ini karena 'makhluk' itu? Minako hanya bisa memejamkan mata karena tak sanggup melihat semuanya. Minato? Tentu aja dia tetap berdiri dengan tampangnya yang (sok) cool itu. *author ditembak readers*
Semburan api mulai mengecil karena beberapa orang regu pemadam kebaran datang memadamkan api. Minako mulai memberanikan diri untuk membuka matanya. Dan sebuah pemandangan tak terduga datang menyambutnya, kedua orangtua mereka, tewas terbakar di depan matanya.
"TIDAAAAAK!"

"Minato, Minato Arisato!" teriak Toriumi-sensei menyebut nama Minato untuk yang kesekian kalinya. Minato terbangun dari tidurnya, dan langsung menegakkan tubuhnya. Semua anak dikelasnya mulai melihat dirinya dengan pandangan geli. Kecuali Aigis, Minako, Junpei, dan Yukari. Karena Aigis memandangnya dengan tatapan 'Kenapa Minato-san?', Minako dengan tatapan 'kakak gua malu-maluin amat, malu gua', Junpei dengan tatapan 'kalo jadi elu, maaalu gua!' sementara Yukari menunjuk mulut Minato dengan tatapan 'hapus dulu iler lu, goblok!'
"Syukurlah, ternyata cuma mimpi," ucap Minato dalam hati.
"MINATO, PERGI KE RUANG GURU, SETELAH PULANG SEKOLAH!" teriak Toriumi-sensei pake toa *author (Yuuki) dilempar toa-nya Toriumi* dengan nada marah.
"Hah, ke ruang guru lagi, damn it,' pikir Minato dengan gaya (sok) cool-nya lagi *author ditebas Minato*.
Minato memang paling sering ketiduran di kelasnya, mimpinya pun selalu sama, yaitu masa kecil mereka dimana mereka kehilangan orangtuanya. Kebakaran besar itu, ledakan, dan juga, 'makhluk' itu.
"Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, bukannya itu Orpheus ya?" gumamnya dengan volume suara yang saaaaaangat kecil. *author (Kagami) disantet Minato*
Secarik kertas yang terlipat terjatuh tepat di atas mejanya. Minato pun membuka lipatan kertas itu, dan di dalamnya tertulis:
Kakak kenapa? Gak biasanya kakak kayak gini. Kalau ada masalah cerita sama aku aja ya? ^^
Minako
Minato melirik ke arah Minako. Dilihatnya Minako yang sedang tersenyum kepadanya. "Manis sekali..." pikir Minato sambil membalas senyuman adiknya itu.

-Minato's POV-
Bel tanda pulang telah berbunyi. Ini saatnya aku harus ke ruang guru, menemui Toriumi-sensei gara-gara aku tertidur di kelas lagi. Ini sudah ke-6 kalinya dalam minggu ini. Mimpi itu, tentang kedua orang tuaku –juga Minako tentunya.
Aku berdiri dari tempat dudukku yang berada di sebelah Aigis. Lalu mengambil tasku yang mirip dengan adikku. Aku pun berjalan menuju koridor lantai 2.
"Konnichiwa, Minato-kun," tiba-tiba Fuuka muncul begitu aku membuka pintu kelasku.
"Konnichiwa," jawabku singkat.
"Umm... apa hari ini kamu ada waktu kosong?" tanyanya padaku dengan muka yang –entah kenapa– memerah. Munurutku sih, kayaknya aku bakalan diminta memakan masakannya yang rasanya aneh itu.
"Maaf, aku harus menemui Toriumi-sensei," tolakku dan berlalu dari tempat itu. Sepertinya ia kecewa, tapi biarlah, yang penting sekarang aku menemui Toriumi-sensei. Aku menuruni tangga yang berada di dekat toilet. Dan lagi-lagi ada seseorang yang memanggilku. Tapi kali ini bukan Fuuka, dia Minako.
"Kakak, malam ini mau makan apa?" tanyanya dengan senyumannya yang khas itu.
"Kenapa kamu menanyakan itu?" aku bertanya balik.
"Soalnya hari ini aku yang memasak makan malam untuk semua anggota," jawabnya, "jadi sekalian aku yang beli bahan-bahannya deh,"
"Cuma kamu aja yang masak?"
"Nggak, aku di bantu Shinjiro-senpai kok," Aha! Ketauan banget! Kalo mereka berdua yang masak, pasti bakalan ada pesta makan di dorm.
"Baiklah, aku mau makan nasi kari," jawabku. Entah kenapa akhir-akhir ini aku ingin memakan nasi kari buatan adikku ini. Mungkin karena dia belum pernah memasakkannya untukku.
"Oke deh, tunggu aja, nanti kakak bakalan kenyang sama masakanku deh!" serunya dengan penuh semangat. Ah.. dia memang benar-benar manis.
"Oh ya, aku harus menemui Toriumi-sensei, buat masakan yang enak ya," aku pun berlalu meninggalkan Minako.
"Iya, aku akan belanja di supermaket di Tatsumi Port Island, sampai jumpa nanti malam,"
-Minato's POV end-

Minako melangkahkan kakinya di sebuah supermarket di dekat stasiun. Sambil mendengarkan lagu 'Soul Phrase', ia mengambil kentang, daging sapi, bumbu kari, dan juga sayuran lain. Sambil bernyanyi kecil, ia mencoba mengambil susu sapi di stand yang paling atas.
"Uh... tanganku tidak sampai..." gumamnya kesal. Ia mencoba berjinjit supaya tangannya mencapai barang yang diinginkannya itu. Tiba-tiba, terlihat tangan milik orang lain mengambil susu sapi itu, lalu menawarkannya pada Minako. "Kamu mau mengambil ini?" tanyanya.
"Akihiko-senpai?" Minako terkejut melihat sosok yang berada di depanya itu. Dia Akihiko Sanada, seniornya di Gekkoukan High. (readers : "udah tau, goblok!")
"Baru pulang sekolah?" tanya Akihiko seraya memberikan sekotak susu sapi.
"Mmm... yah, begitulah. Senpai sendiri?" Minako mengambil kotak susu itu lalu memasukannya ke keranjang yang ia bawa. Ia melihat senpainya itu juga membawa keranjang belanjaan. Isinya (menurut para author sie) mencurigakan.
"Oh, aku baru pulang dari ekskul," jawab Akihiko sambil menggaruk belakang kepalanya yang (keliatannya sie) tidak gatal.
Minako melirik ke arah keranjang yang dibawa Akihiko. "Memangnya senpai kesini mau beli apa?" tanyanya dengan (sok) polos. *author ditusuk Minako*
"Ah, oh... ini bukan apa-apa kok," jawab Akihiko dengan kikuk. Minako semakin penasaran dan melihat lebih dekat apa yang di dalam keranjang itu.
"Eh, bukannya itu susu S-Men yang buat body builder itu ya?"
Kagami : "Yak, waktunya pojok gaje!"
Yuuki : "Okelah, apa itu susu S-Men?"
Kagami : "Oh, itu sih ngocolan dari susu L-Men!"
Yuuki : "Bukannya ada singkatannya?"
Kagami : "Ada dong! S-Men itu singkatan dari Silau Men!" *dikeroyok all model L-Men*
Readers: *sweatdropped*
Yuuki : "Okelah, kita lanjut~~ ^^"
"Eh, mm... i-ini titipan dari Shinji kok!" sahut Akihiko mengelak. Sementara itu di Iwatodai dorm...
"HUACHIING!" Shinjiro bersin (?) dengan keras sampai-sampai terdengar ke Command Room di lantai 4. *author ditebas Shinjiro*
"Kenapa Shinjiro-san?" tanya Aigis yang lagi ngasih makan Koromaru.
"Gak tau, kayaknya ada yang lagi ngomongin gua," jawab Shinjiro singkat. Okelah, kembali ke TKP!
"Mmmm... sepertinya aku harus pulang ke dorm sekarang, sampai nanti, senpai," Minako berlalu dari tempat itu, tapi Akihiko menahan tangannya agar jangan pergi dari situ. *BGM: "Dia... Dia...Dia..." (Afgan)* *author dikeroyok all Afganisme(?)*
Keheningan melanda mereka. Minako hanya memandangnya bingung. Sementara muka Akihiko mulai memerah dan kehilangan kata-kata. 5 detik... 15 detik... 1 menit... 5 menit... 10 menit... (readers: "WOI! KAPAN SELESENYA?")
"Anu..." Akihiko mulai memecah keheningan, "mau pulang... bersamaku?"
"Ya, tentu saja," jawab Minako singkat, "ngomong-ngomong, senpai, bisa lepaskan tanganku?"
"O-oh... maaf," sentak Akihiko melepaskan genggamannya. Mereka pun berjalan ke arah penjaga kasir. Di sana terlihat seorang pemuda yang berambut cokelat (sejujurnya author bingung itu cokelat atau oranye =,=)
"Wah, pacarnya nje mas?" kata si penjaga kasir dengan logat jawanya (?).
"Hush! Boten! Sontoloyo!(Baca: Hush! Bukan! Sontoloyo!)" jawab Akihiko.
Yuuki : "walah, ternyata Kagami bisa bahasa Jawa!"
Kagami : "ah, gak tuh, gw kan cuma nanya sama nenek" (?)
Yuuki : "oh, berarti neneknya Kagami orang Jawa?"
Kagami : "gak, nenek gw orang Sunda, tapi pernah tinggal di Jember"
Yuuki : "ow, gitu, mari kita lanjut!"
"Heh! Sembarangan lo!" seru Minako. *death glare mode on*
"Sori, sori," kata si penjaga kasir dengan mata innocent, tau-tau mulai deh lagunya keong racun (?)*author (Yuuki) dilempar mesin kasir* "abis mas Aki jarang bawa cewek sih, jadi dikirainnya pacar mas Aki,"
"Sembarangan aja lu, Yosuke" (readers : "Yosuke?")
Kagami : "Ah, biarlah, kalo di P3P ada Yukiko, kenapa gak ada Yosukenya?"
"Senpai kenal sama orang ini?" tanya Minako sambil menunjuk Yosuke dengan death glarenya.
"Oh, ya, dia anak teman ayahku, Yosuke Hanamura" jelas Akihiko dengan nada yang berwibawa (?) *(lagi-lagi) author disantet*
"Oh... Aku Minako Arisato, salam kenal," Minako mengenalkan dirinya dengan nada yang (tiba-tiba menjadi) ramah.
"Salam kenal," jawab Yosuke, "mas Aki, kalo gak cepet-cepet pulang entar kemaleman loh,"
"Bener juga, tumben lu pinter," kata Akihiko dengan muka yang (very very) innocent.
"Anjir, dalem gila!" teriak Yosuke dalem hati. (ternyata orang ini bisa tersinggung juga =,=) *author dikeroyok fans Yosuke*
"Yuk, kita pulang ke dorm, senpai" ajak Minako dengan polosnya, lalu gadis itu mengambil belanjaan miliknya dan berlalu dari sana.

-Minako's POV-
Aku berjalan meninggalkan supermarket itu, sebenarnya dari tadi aku menyesal kenapa harus pulang dengan Akihiko-senpai. Bukannya aku tidak suka, tapi kan waktu memasaknya jadi makin sedikit. Kalau waktuku untuk memasak menjadi sedikit, pasti waktuku bersama 'dia' pun makin sedikit.
Tiba-tiba saja Akihiko-senpai memanggilku dari belakang, sambil terengah-engah ia berlari menyusulku dari supermarket yang bernama 'Junes cabang Iwatodai' itu.
"Hei, jalanmu cepat sekali," ujarnya, bersamaan dengan laguku yang berganti menjadi 'Wiping All Out'.
"Benarkah?" tanyaku. Menurutku sih, itu karena dianya saja yang nggak buru-buru jalan. =,=
"Ya, tentu saja, ngomong-ngomong, hari ini kamu masak apa?" tanyanya.
"Bukan masakan yang spesial sih, tapi hari ini aku dan Shinjiro-senpai akan memasak steak dan nasi kari," jawabku dengan nada yang riang. Kenapa? Karena aku membayangkan seperti apa senangnya ketika aku memasak bersama Shinjiro-senpai.
Tiba-tiba keheningan melanda kami, kenapa ini? Aku pun melirik ke arahnya. Entah kenapa, Akihiko-senpai terlihat tidak suka kalau aku menyebut-nyebut nama Shinjiro-senpai. Sepertinya aku harus mencari topik pembicaraan lain.
"Oh, ya, senpai, bagaimana tentang rencana 'Fullmoon' minggu depan?" tanyaku. Dia masih tetap masih terdiam. Apa dia kesal? Tapi kenapa?
Aku mencoba bertanya lebih keras, tapi ia tidak menjawabnya lagi. Ya Tuhan, kenapa sih orang ini? Bikin kesel aja deh. =,=;
"WOI! DENGER GA SIH LU? LU BUDEG YA? LAMA-LAMA GUA JADIIN GUDEG LU!"
"Hah, apa? Kamu mau buat gudeg ala Yogyakarta juga?" akhirnya ia mulai menjawab. Anjir, ni orang bener-bener budeg juga, mana bisa gua masak gudeg, bego!
"Soal rencana 'Fullmoon' minggu depan, jadinya bagaimana?" tanyaku sekali lagi.
"Oh, kalau soal itu sih jangan tanya aku, Mitsuru lebih tau," jawabnya. Yah, percuma dong gua nanya dari tadi. =3=
Aku memutuskan untuk melepas earphoneku, daripada ketularan budeg juga. =,=
"Mmm... Minako," tiba-tiba saja Akihiko-senpai memanggilku, aku menoleh kepadanya, kulihat mukanya yang tiba-tiba memerah, "sebenarnya, aku..."
Suara gemerisik datang dari belakang kami, tepatnya, dari gang yang gelap itu. Sepertinya aku merasakan firasat buruk. Aku menutup mulut senpaiku ini, menyuruhnya untuk diam. Entah kenapa mukanya jadi tambah merah, jangan-jangan dia lagi mikir yang enggak-enggak lagi. =,=
Tiga orang orang aneh datang dari gang gelap itu, mereka... Strega.
-Minako's POV end-

"Gotcha, vice leader," sahut Jin.
"Kalian... Strega!" sahut Minako. Reflek Akihiko langsung berdiri di depan Minako. (Kagami: "Niatnya ngelindungin gitu deh...")
"Wah, wah, ternyata Sang Ksatria sedang melindungi putrinya!" ejek Takaya. Sontak ketiga anggota Strega itu tertawa terbahak-bahak (baca : ngakak ga jelas).
Minako menepuk pundak Akihiko, menyuruhnya agar tidak ikut campur. (Yuuki: "Hahaha, emangnya es campur XD")
"Jangan, bisa berbahaya kalau– " belum selesai Akihiko bicara, Minako sudah berjalan menuju ketiga anggota Strega itu.
"Mau apa kalian? Sampai mengikuti kami segala?" tanya Minako dengan tatapan yang dingin.
Yuuki : "Ih, Kagami, kok tau-tau di sini dingin ya?"
Kagami : "Ho-oh, namanya juga tatapan 'beruang kutub lagi ngamuk', jadi ya gini deh,"
Minako : "Heh! Cepetan diterusin, gue udah pegel nih nge-freeze terus!"
Kagami : "Hu.. gw dimarahin... *hiks hiks* okelah, kita lanjut! TT^TT"
"Kami gak ada maksud buat ngeliat kalian pacaran kok," jawab Chidori.
Hening sejenak. "APA LU BILANG? MAU GUA BUNUH?" teriak Minako sampe kaca tetangga sebelah pecah. (Nie author kok makin lama makin ngocol aja sie?)
"Dia betul, kami cuma ingin menculikmu, vice leader," jawab Takaya singkat.
"APA?" teriak Akihiko sampe kaca gedung kota sebelah pecah. (kok jadi makin amburadul?)
"Berisik banget sih," keluh Takaya sambil mengeluarkan sebuah revolver dari 'tempatnya'. Sontak Minako mundur selangkah dari tempatnya berdiri.
"Kenapa? Kau takut?" tanya Takaya mengejek. Minako hanya bisa terdiam di tempat, memikir apa yang harus dilakukannya. Tiba-tiba sebuah tangan membekapnya dari belakang. (coba tebak tangan siapa?)
"Ini... obat bius," pikir Minako dalam hati. Dia mencoba melepaskan dirinya, tapi nasib tak mengizinkannya. Ia sudah tak sadarkan diri.
"Apa yang kau lakukan pada Minako?" Akihiko berlari menerjang Takaya. Dan ia berhasil meninju perut kurus milik laki-laki berambut panjang itu.
"Berisik banget sih!" teriak Takaya, dia pun menembakan satu peluru ke bahu milik orang di depannya itu. Akihiko hanya meringis kesakitan. Tapi ia tidak memedulikannya, baginya yang penting sekarang adalah menyelamatkan Minako.
"Cih, gak mati ya?" gerutu Chidori sambil menendang Akihiko. Laki-laki itu pun terpental sampai tembok yang ditabraknya sedikit retak.
"Ayo kita pergi," suruh Jin yang sedang mengangkut (?) Minako. Chidori hanya mengangguk.
"Yah, pokoknya, sampai jumpa di Tartarus," tambah Jin.

Sementara itu di Iwatodai Dorm...
"Uh... kok Minako-san lama sih?" keluh Ken yang daritadi cacing di perutnya udah dangdutan.
"Udah, sabarlah Ken, bentar lagi juga pulang," Junpei menenagkan Ken sambil main game di PSP.
"Tapi, bukankah ini aneh?" tanya Mitsuru. Sontak 6 manusia, 1 robot, 1 anjing, dan 2 author (?) menoleh ke arahnya.
"Emangnya kenapa, senpai?" tanya Yukari balik.
"Bukankah Arisato belum pernah pulang lebih dari jam 8 malam? Lagipula, Akihiko juga belum pulang," jawab Mitsuru.
"Benar juga," ujar Fuuka setuju, "apa jangan-jangan mereka..." belum selesai Fuuka melanjutkan perkataannya, tiba-tiba terasa atmosfer tak mengenakan dari seluruh cowok di Dorm. Apalagi Minato dan Shinjiro.
"Kayaknya kamu salah ngomong deh, Fuuka," bisik Yukari.
"Um... sori?"
BRAKK!
Pintu utama Iwatodai Dorm dibanting oleh seseorang. Orang itu terluka di bagian bahu kiri, pelipis kanannya juga mengeluarkan banyak sekali darah. Seluruh penghuni Dorm kaget melihat sosok yang terluka itu.
"Minako..." Akihiko menggumamkan nama salah seorang juniornya.
"Ada apa dengan Minako? Di mana dia?" tanya Minato yang sudah menempatkan Akihiko di salah satu sofa. Semua anggota S.E.E.S. memandangnya heran dan penuh tanya, apa yang terjadi pada Minako?
"Dia... diculik oleh Strega,"
"APA?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar